-->

Mei 18, 2018

SOLUTION MAKER ATAU PROBLEM MAKER

Akhir-akhir ini kita selalu membaca dan melihat berita tentang terorisme di televisi, di media cetak, dan yang tak tebendung dalam media sosial. Berita demi berita menampilkan keadaan Indonesia, terutama di beberapa provinsi yang ada di Indonesia. Keadaan Indonesia sekarang bisa disebut sedang 'kaos" atau sebut saja sedang kacau. Sebagian orang mungkin tidak setuju dengan pendapat saya ini, sebagian lagi mungkin sependapata. Hal ini tergantung mindset kita tentang memahami situasi.


Saya tetap berpendirian untuk mengatakan bahwa Indonesia sedang mengalami kesusahan dalam menangani permasalah Indonesia yang sangat kompleks. Terutama, tentang terorisme yang beberapa hari ini sudah mengguncang Indonesia. Sebelum puasa, Indonesia sudah dihadapkan dengan aksi "biadab" teoris di beberapa daerah di Indonesia, diawali dengan kejadian rusuh di Mako Brimob, bom di tiga gereja Surabaya, kemudian menyerang kompleks rumah susun di Surabaya, kemudian terjadi juga teror di Riau.

Kejadian tersebut sangatlah tindakan yang tidak manusiawi, hingga pada akhirnya petugas keamanaan negara (Polisi) langsung memberikan pernyataan akan menumpas teroris sampai akar-akarnya. Secara tegad, Bapak Presiden Indonesia (Joko Widodo) menyampaikan bahwa teroris adalah pecundang dan harus ditindak tegas. Hingga dari pernyataan itu, petugas langsung memberikan tindakan tegas dan keamaan untuk negara ini.

Sangat disayangkan, orang-orang yang tidak bersalah sudah menjadi korban bom yang keji tersebut. Anak kecil, perempuan, laki-laki bahkan Polisi sudah banyak menjadi korban kekejian pelaku bom. Sangatlah tidak manusiawi tindakan ini dan banyak orang dan lembaga secara terang-terangan mengutuk perilaku tersebut.

Teroris sudah banyak kita dengar sejak dulu, namun tindakannya dan strateginya juga mengalami perkembangan pesat dalam menjalankan aksinya. Yang terbaru, tindakan itu dengan mengorbankan anak-anak dalam menjalankan aksinya. Hingga kematian pun menjemput mereka. Sehingga Polisi langsung mencari orang-orang yang dianggap teroris. Sudah banyak bibit-bibit teroris yang tertangkap.

Tak ada asap jika tak ada api, peribahasa ini bisa memberikan pemahaman tentang masalah-masalah yang ada di Indonesia secara umum. Jika kita tidak siap, maka kejahatan akan setiap hari bisa beraksi. Baik itu dalam lembaga negara, dalam keluarga, perseorangan bahkan ke dala pribadi kita. Kejahatan datang karena adanya kesempatan yang diberikan. Jika kita siap mencegahnya sebelum terjadi, niscaya bangsa dan lingkungan kita akan damai.

Namun, setelah kita merasakan dan melihat kejadian tersebut apakah kita mau menjadi solution maker dalam permasalahan bangsa, atau kita justru hanya sebagai critic maker, atau kita hanya problem maker? Itu adalah tantangan yang harus kita jawab, bangsa Indonesia sekarang ini tidak butuh orang-orang yang "besar mulut", bangsa kita butuh orang-orang yang siap dan optimis untuk menghadang keadaan chaos Indonesia sekarang.

Untuk itu, marilah kita berbuat positif sekecil apapun untuk Indonesia, kalau tidak bisa untuk Indonesia jadilah pelaku positif untuk lingkungan, kalau untuk lingkungan pun tidak bisa mari melakukan hal positif untuk keluarga, dan yang terakhir jika di keluarga pun kita tidak bisa berbuat positif, cintailah hal positif dari dirimu sendiri.

Jika sampai sekarang pun tidak bisa mencintai dirimu, lebih baik diam (Richard Templar dalam bukunya The Rule of Life)


Tags :

bonarsitumorang

Posting Komentar